Wisata Religi Gunung Pucangan Dewi Kilisuci


[Mas Purwanto Baju Hitam(Juru Kunci) dan Gus Syaf Baju Coklat(Peziarah) ]

Jombang | Jurnal Jawapes - wisata religi Gunung Pucangan, Desa Cupak, Kecamatan Ngusikan, Kabupaten Jombang, mempunyai cerita dan sejarah. Adanya 2 makam diantara 13 makam yang dipercaya merupakan makamnya orang-orang sakti yakni Eyang Sakti dan Dewi Kili Suci, Jumat (8/4/).

Purwanto yang bertugas sebagai juru kunci makam ini menjelaskan bahwa Dewi Kilisuci merupakan puteri dari Raja Airlangga dari kerajaan Kediri. Dewi Kilisuci rela pergi meninggalkan kerajaan karena menolak menjadi Ratu Kediri sesuai keinginan Raja. Sehingga membuat sang Dewi Kilisuci melakukan perjalanan untuk mengasingkan diri. Hingga dalam perjalanan ini membuatnya bertemu dengan pembabat alas atau sesepuh gunung Pucangan. Lalu Dewi beserta dayang-dayangnya bertempat tinggal di padepokan hingga akhir hayat.


Dewi menolak menjadi Ratu Kediri karena Dewi mempunyai prinsip yang masih dipegang teguh, yaitu sang puteri mau menjadi Ratu jika rakyatnya sudah sejahtera.

"Menolak menjadi Ratu, karena Dewi Kilisuci memang tidak mau kalau rakyatnya tidak sejahtera dulu. Ibaratnya, rakyatnya harus bisa kenyang dulu, kalau nggak kenapa jadi pemimpin," tutur Purwanto.

Disamping itu, Purwanto meluruskan cerita yang sudah beredar luas mengenai Cerita Maling Celuring. Purwanto menjelaskan bahwa sebenarnya sebutan Maling Celuring itu bernama Eyang Sakti.

"Julukan itu salah. Eyang Sakti itu bukan Maling. Ini yang harus diluruskan. Beliau orang sakti yang memang dulu suka memberi rezeki kepada orang yang tidak mampu. Tapi bukan maling atau pencuri yang dikenal sebagai maling baik hati. Sekali lagi bukan," tegasnya.

Sehingga cerita yang sudah beredar luas tentang Maling Celuring sehingga cerita-cerita itu terbentuk secara tak benar adanya.

"Di sini makam orang sakti dan baik. Pada waktu itu, banyak sekali membantu orang dan akhirnya banyak orang segan. Sampai sekarang ini, banyak orang ke sini untuk mendoakan leluhur sekaligus ngalap barokah dari Allah SWT lewat leluhur. Karena memang di sini tokoh yang dapat dijadikan panutan," ungkapnya.

Di lain cerita, kawasan Gunung Pucangan ada 2 bunga yang dipercaya oleh masyarakat setempat mempunyai sarat mistis. Bunga tersebut bernama Sido Jodo dan Sido Wayah. Menurut cerita, siapapun yang berziarah bertepatan kedua bunga sedang mekar dari pohonnya, dipercaya yang bersangkutan akan segera mendapatkan jodohnya dan hidup bersama jodohnya hingga langgeng. Terutama yang datang berziarah adalah berdua dengan pasangannya.

"Kepercayaannya begitu. Tapi semua pastinya kembali ke Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Bunga sido jodo dan sido wayah, dipercaya menjadi isyarat perjodohan jika ke sini mendapatkan dua bunga tersebut sedang mekar. Filosofinya, wayahe jodoh (sudah waktunya berjodoh)," terangnya.

Selang di bulan ramadhan tampak sepi gak seperti hari biasa, ya ada aja peziarah yang datang dari sekitar wilayah Jombang dan bahkan dari luar kota.

Seperti halnya Gus Syaf, peziarah yang biasa datang menuturkan "Biasanya saya sering kesini mas, tapi karena pandemi Covid-19 saya tidak pernah berziarah, sampai dibulan ramadhan ini saya kesini lagi, suasananya enak, tenang dan lebih khusuk untuk berdoa," tutur Gus Syaf kepada awak media ketika diwawancarai.

sambung Gus Syaf "Kawasan Gunung Pucangan sangat kuat dalam hal mistis Banyak hal kejadian-kejadian yang tak masuk akal sudah terjadi. Gus syaf menyampaikan, kejadian seperti ini kembali ke niat peziarah yang datang ke Gunung Pucangan. Yang terpenting tujuan berdoa kepada Allah SWT," Tutupnya.

(Red)


Baca Juga

View

Posting Komentar

0 Komentar

Pujo Asmoro

Pimprus Media Jurnal Jawapes. WA: 082234252450

Countact Pengaduan