 |
| [Foto : Pelaksanaan UKW ke 9 Persatuan Jurnalis Indonesia] |
Sebanyak 11 peserta UKW jenjang Muda dan 5 peserta jenjang Madya berhasil lulus seluruh rangkaian uji kompetensi dengan hasil memuaskan. Sementara dua peserta lain masing-masing dari jenjang Muda dan Madya harus menunda keikutsertaan mereka karena kendala administratif, khususnya validasi alamat media yang belum memenuhi ketentuan Dewan Pers. Mereka dijadwalkan mengikuti UKW susulan pada akhir Juni 2025.
Ketua Umum PJI, Hartanto Boechori, yang hadir mendampingi langsung seluruh proses UKW dari awal hingga penutupan, mengucapkan selamat kepada para peserta. Namun, ia mengingatkan bahwa kelulusan UKW bukanlah akhir, melainkan awal dari tanggung jawab yang lebih besar sebagai wartawan profesional.
“Kompeten itu bukan sekadar status administratif. Itu adalah mandat moral dan profesional untuk menjaga kualitas karya jurnalistik serta integritas pribadi sebagai wartawan. Jaga nama baik PJI dan UMJ,“ tegas Hartanto, yang dikenal sebagai tokoh pers nasional dan jurnalis investigasi senior.
Ia juga menyampaikan apresiasi kepada Universitas Muhammadiyah Jakarta, tim penguji, dan Dewan Pers atas kolaborasi dan dukungan yang telah menjadikan kegiatan ini sukses.
“UKW ini adalah bagian dari gerakan moral PJI dalam upaya terus mengangkat martabat profesi wartawan di Indonesia. Ini baru Angkatan ke-9. Ke depan, kami akan terus mendorong peningkatan kapasitas melalui pelatihan berkelanjutan,” tambahnya.
Dari hasil penelusuran redaksi, PJI tercatat sebagai pelopor penyelenggara UKW di luar konstituen Dewan Pers, khususnya di wilayah Jawa Timur dan Jawa Barat. Sejak awal, PJI konsisten mengedepankan prinsip profesionalisme, independensi, dan pembinaan wartawan berbasis etika jurnalistik.
Ketika ditanya wartawan tentang posisi PJI sebagai pelopor UKW di dua provinsi tersebut, Hartanto menjelaskan bahwa pencapaian ini tidak lepas dari dorongan sejumlah tokoh pers nasional.
“Itu semua tak bisa dilepaskan dari jasa dan arahan konstruktif tokoh-tokoh Dewan Pers seperti Yosep Adi Prasetyo (Stanley), Hendry Ch Bangun, Ahmad Djauhar, Imam Wahyudi, dan Asep Setiawan. Mereka memberikan ruang dialog, dukungan moral, serta arah yang mendorong PJI tetap berdiri di jalur konstitusional,” ujarnya.
Hartanto juga menegaskan bahwa PJI yang didirikan di Surabaya pada 1998 merupakan salah satu penandatangan Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI) tahun 1999 di Bandung. Setelah melalui konsolidasi dengan Dewan Pers periode 2000–2003, KEWI kemudian diselaraskan menjadi Kode Etik Jurnalistik (KEJ). Meski saat ini belum menjadi konstituen Dewan Pers karena kekurangan representasi provinsi, PJI tetap memegang pengakuan resmi lembaga tersebut.
Sementara itu, Eka Mardiana, Ketua DPC PJI Indramayu sekaligus Ketua Panitia UKW dan pemegang mandat Ketua DPD PJI Jawa Barat, menyampaikan apresiasi terhadap dedikasi Ketua Umum PJI.
“Saya bangga memiliki Ketua Umum seperti Bapak Hartanto Boechori yang rela mengorbankan kepentingan pribadi demi membesarkan organisasi. Keberhasilan pelaksanaan UKW Angkatan ke-9 ini menjadi bukti nyata bahwa PJI mampu membina wartawan yang siap menjawab tantangan zaman dan menjaga marwah pers daerah,” kata wartawan jenjang Madya tersebut.
Secara keseluruhan, kegiatan UKW berlangsung sejak 30 Mei hingga 2 Juni 2025. Acara dibuka secara resmi oleh Bupati Indramayu Lucky Hakim pada pagi hari, dilanjutkan dengan pra UKW oleh LUKW UMJ dan pembekalan lanjutan oleh DPP PJI pada hari yang sama. UKW berlangsung intensif selama dua hari, dan hasil kompetensi diumumkan pada siang 2 Juni sebelum ditutup secara resmi oleh panitia.
(Redaksi)
View
Redaksi Media jurnal Jawapes Surabaya. 
0 Komentar