Ketika Ibu Ditinggalkan : Potret Nestapa Lansia di Tengah Budaya Individualisme

[Foto : Lansia Yang Di Telantarkan Anaknya (Kaos Putih)]
Metropolis| Jurnaljawapes.com – Di balik kemajuan zaman dan gegap gempita modernitas, tersimpan ironi menyayat hati: orang tua yang semakin renta, justru semakin ditinggalkan. Lansia yang pernah menjadi sumber kasih sayang, pengorbanan, dan tumpuan kehidupan bagi anak-anaknya, kini harus menjalani sisa usia dalam sepi dan keterbatasan.

Fenomena lansia yang hidup sendirian, baik karena pilihan maupun keterpaksaan, kian marak di tengah masyarakat kita. Ada yang merasa enggan merepotkan anak-anaknya, namun tidak sedikit pula yang terpaksa menjalani kesendirian karena anak-anak telah menikah, sibuk membangun keluarga sendiri, dan lupa pulang bahkan untuk sekadar menanyakan kabar.

Ironisnya, kondisi seperti ini kerap dianggap “biasa saja”. Tak ada rasa bersalah, tak pula ada rasa takut akan dosa. Padahal, seorang ibu telah menempuh jalan panjang penuh perjuangan mengandung, melahirkan, membesarkan, dan mendidik anak-anaknya dengan cinta tanpa pamrih. Semua dilakukan dalam diam, tanpa tuntutan, tanpa syarat.

Namun ketika usia mulai menua, tubuh melemah, dan kesehatan menurun, sang ibu justru harus menghadapi kenyataan pahit: ditinggalkan, dilupakan, bahkan dalam beberapa kasus, ditelantarkan.

Tidak semua lansia sanggup hidup mandiri. Anak-anak yang telah dewasa perlu memahami sinyal-sinyal penting berikut:

- Rumah Berantakan: Bisa menjadi indikator bahwa lansia sudah kesulitan melakukan pekerjaan rumah tangga karena keterbatasan fisik.

- Tagihan Menumpuk: Menandakan adanya gangguan daya ingat atau kebingungan dalam mengatur hal-hal administratif.

- Nafsu Makan Menurun: Umumnya terjadi pada lansia yang mengalami depresi akibat kehilangan pasangan atau kesepian.

- Penampilan Tidak Terawat: Tanda bahwa motivasi merawat diri sudah hilang, atau bisa jadi akibat keterbatasan fisik dan mental.

- Kebingungan dan Disorientasi: Sangat berbahaya jika tidak segera ditangani. Lansia dalam kondisi ini berisiko tinggi mengalami kecelakaan atau tersesat.

- Menarik Diri dari Sosialisasi: Gejala klasik dari depresi yang bisa dipicu oleh rasa kesepian atau merasa tidak berguna.

Anak-anak yang menyaksikan tanda-tanda ini seharusnya segera bertindak. Tidak cukup hanya memberi uang dari jauh, perhatian emosional dan kehadiran fisik jauh lebih berarti bagi seorang ibu yang renta.

Menikah bukan berarti lepas dari tanggung jawab kepada orang tua. Dalam nilai-nilai luhur keislaman, seorang anak terutama laki-laki memiliki kewajiban berbakti kepada ibunya sepanjang hayat. Ini termasuk perhatian, pemenuhan kebutuhan, dan menemani di kala sakit maupun sepi.

Berbakti tidak hanya berbentuk materi, tapi juga kehadiran dan pengabdian. Sayangnya, banyak yang menunggu ajal mendekat untuk menyesal, padahal kesempatan berbakti telah lama terlewatkan.

Fenomena penelantaran orang tua bukan sekadar soal moral individu. Ini merupakan cerminan dari sistem kehidupan yang menempatkan nilai manusia hanya sebatas untung rugi dan efisiensi.

Sistem kapitalisme sekuler telah mengikis adab dan kasih sayang, menggantinya dengan prinsip manfaat. Kebebasan individu yang ditanamkan sejak dini dalam balutan Hak Asasi Manusia (HAM) tanpa imbangan spiritual dan moral, menghasilkan manusia-manusia egois yang tidak lagi memuliakan orang tua.

Ketika semua hal dinilai dari sisi ekonomi dan materi, orang tua yang dianggap “tidak produktif” pun dianggap beban. Maka tak heran, rumah-rumah orang tua (panti jompo) makin penuh, sementara rumah-rumah anak justru makin kosong dari cinta.

Sudah waktunya bangsa ini melakukan refleksi mendalam. Kita bukan bangsa yang lahir dari budaya individualistik. Kita adalah bangsa yang besar karena tradisi gotong royong, hormat pada orang tua, dan akhlak mulia yang diwariskan para ulama dan leluhur.

Jangan biarkan ibu yang dahulu menggenggam tangan kita saat belajar berjalan, kini harus terpaku menatap pintu menunggu kita pulang.

Karena pada akhirnya, siapa yang menelantarkan orang tuanya, maka hidupnya pun kelak akan dipenuhi penyesalan. Dan murka Allah begitu dekat dengan mereka yang durhaka.

(Redaksi) 

Baca Juga

View

إرسال تعليق

0 تعليقات

Pujo Asmoro

Pimprus Media Jurnal Jawapes. WA: 082234252450

Countact Pengaduan