Filosofi Antara Manusia dan Bunglon Adaptasi Tanpa Kehilangan Jati Diri

[Foto : Ilustrasi Filosofi Alam  Manusia  Dan Bunglon]
Metropolis | Jurnaljawapes.com – Alam selalu memberikan pelajaran bagi manusia, termasuk melalui makhluk-makhluk kecil seperti bunglon. Bunglon terkenal karena kemampuannya menyesuaikan diri dengan lingkungan , mengubah warna kulit untuk berkamuflase, bergerak lambat agar tak terdeteksi predator, dan bertahan hidup di tengah perubahan. Namun, adaptasi bunglon ini tetap berlandaskan naluri dan tujuan hidupnya sesuatu yang bisa menjadi pelajaran penting bagi manusia.

Bunglon menunjukkan bahwa menyesuaikan diri dengan lingkungan tidak berarti kehilangan jati diri. Dalam hidup, manusia juga perlu beradaptasi dengan situasi baru belajar berinteraksi, memahami lingkungan, dan bersikap bijak tanpa harus meninggalkan nilai, prinsip, dan tujuan hidup yang sejati.

Berbeda dengan itu, istilah “manusia bunglon” sering digunakan untuk menggambarkan orang yang kehilangan prinsip. Mereka mengikuti arus demi keuntungan sesaat, tanpa peduli nilai atau konsistensi. Adaptasi semacam ini tidak membangun karakter, malah bisa menjerumuskan pada munafik dan ketidakteguhan sikap.

Seperti bunglon yang mengubah warna kulitnya untuk bertahan hidup, manusia juga bisa menggunakan adaptasi sebagai strategi bijak misalnya, menyesuaikan bahasa, sikap, atau perilaku di lingkungan baru. Tetapi yang membedakan adalah, adaptasi manusia yang bijak tetap berpijak pada tujuan jelas: pertumbuhan, pembelajaran, dan perlindungan diri, bukan sekadar meniru lingkungan demi diterima atau keuntungan sesaat.

1. Manusia Bunglon Positif:

• Menyesuaikan diri secara bijak tanpa meninggalkan jati diri.

• Adaptasi untuk melindungi diri atau membangun relasi, bukan semata kepentingan pribadi.

• Memiliki tujuan hidup dan prinsip yang jelas.

2. Manusia Bunglon Negatif:

• Kurang pendirian, tidak konsisten, dan mengikuti kelompok demi popularitas atau keuntungan.

• Tidak memiliki tujuan hidup atau prinsip yang kuat.

• Sering munafik, hanya menyesuaikan diri untuk diterima atau menutupi kelemahan.

Sebagai manusia, kita diajak belajar dari bunglon mampu beradaptasi, fleksibel dalam menghadapi perubahan, namun tetap teguh pada nilai, prinsip, dan tujuan hidup. Adaptasi bukan untuk hilangnya jati diri, tapi untuk memperkuat perjalanan hidup. Dengan memahami filosofi ini, manusia bisa menjadi pribadi yang bijak, kuat, dan harmonis dalam bersosialisasi, tanpa kehilangan arah.

Disusun berdasarkan filosofi alam dan refleksi hidup manusia oleh Pimpinan Redaksi Jurnaljawapes Pujo Asmoro.

(Redaksi/Editor)

Baca Juga

View

Posting Komentar

0 Komentar

Pujo Asmoro

Pimprus Media Jurnal Jawapes. WA: 082234252450

Countact Pengaduan