![]() |
| [Foto : Duli Yang Maha Mulai Sripaduka Baginda Berdaulat Agung Prof. Dr. Maharaja Srinala Praditha Alfiansyah Rechza, FW., Ph.D., Maharaja Kutai Mulawarman Saat menerima Watikah Pelantikan] |
Pada Ahad, 28 Desember 2025, bertempat di Balai Adat Tampok Alam Naning, Bukit Cherakah Jaya, Shah Alam, Malaysia, Baginda menerima Watikah Perlantikan sebagai Penaung Diraja Naskhah Kedaulatan Melayu – Malay Book of Records. Penghargaan ini menjadi kali ketiga yang dianugerahkan kepada Baginda oleh lembaga kebudayaan Melayu bertaraf internasional tersebut.
Penghargaan tersebut bukan sekadar simbol kehormatan, melainkan pengakuan atas dedikasi berkelanjutan Baginda dalam menjunjung adat, memperkuat identitas budaya Melayu-Nusantara, serta membangun ikatan silaturahmi serumpun Melayu lintas negara.
Riwayat penghormatan Naskhah Kedaulatan Melayu kepada Baginda telah tercatat sejak 7 September 2014, ketika Baginda menerima pengiktirafan langsung di Malaysia, yang dinaskhahkan oleh Dato’ Paduka Azami Mohamed, selaku Dato’ Paduka Seri Pangkuan Bendahara Naskhah Kedaulatan Melayu, dengan berlandaskan nilai kitabullah Al-Qur’an serta prinsip pemartabatan Melayu yang beradab dan berdaulat.
Rangkaian Majelis Adat Silaturrahim Naskhah Kedaulatan Melayu berlangsung khidmat dan sarat nilai filosofis. Prosesi adat meliputi:
• Adat membawa masuk alat kebesaran pusaka,
• Penyerahan Naskhah Kedaulatan Melayu,
• Adat bertindik gelar, sabda panditha, serta bertampok alam,
• Hingga doa penutup sebagai simbol kesempurnaan adat.
Acara ini turut dihadiri oleh tokoh-tokoh adat dan bangsawan Nusantara serta Malaysia, di antaranya:
• Tok Embah Dato’ Paduka Seri Azami bin Abah Mohamed, Pengasas Naskhah Kedaulatan Melayu,
• Duli Yang Teramat Mulia Maharaja Muda Nala Indra Vachruca Dilaya, Putra Mahkota Maharaja Kutai Mulawarman,
• Yang Mulia Dato’ Paduka Seri Maharaja Kamaruddin bin Manap, Pengerusi Lembaga Adat Undang Naning,
Serta para pemangku adat, bangsawan, dan tokoh budaya dari Nusantara dan Malaysia.
Dalam sabda pandithanya, Baginda menegaskan bahwa adat dan budaya bukan sekadar warisan masa lalu, melainkan fondasi jati diri bangsa yang harus terus dirawat, dimaknai, dan dihidupkan dalam tata kehidupan modern.
Majelis ini menjadi penanda penting bahwa adat Nusantara dan Melayu memiliki posisi terhormat di mata dunia, sekaligus bukti bahwa sinergi budaya lintas negara mampu memperkokoh persaudaraan serumpun Melayu dalam bingkai peradaban.
(Hamim)
View


0 Komentar
Hi Please, Do not Spam in Comments