Ketika Pencitraan Pemimpin Tak Bertemu Realita di Hati Bawahan dan Rakyatnya


[M.Ali Kaconk Aktivis Senior Alumni Filsafat UGM]

Pasuruan | Jurnaljawapes - Pada dasarnya seorang pemimpin tak boleh lelah berjuang untuk rakyatnya dan keberadaannya dirasakan tanpa harus dikatakan. "Rakyatlah yang berkata dialah pemimpin kami", kehangatan dekapannya membuat rakyat merasa nyaman karena dia tahu selalu ada pemimpin yang menjaganya. Hari-harinya pun menjadi pembicaraan rakyatnya karena mereka selalu merasa para pemimpinnya selalu hadir di tengah-tengah mereka tanpa perlu pencitraan terhadap dirinya. Teriakan keras, hujatan dan cacian rakyatnya atas rakyatnya pun dia tetap semangat untuk introspeksi atas kebijakan yang sedang dilakukan tanpa ada perasaan sakit hati.

Seharusnya ironi ini tidak perlu terjadi jika para pemimpin meniti jalan yang lurus. Memandang kepemimpinan sebagai media ibadah sekaligus amanah suci yang harus ditunaikan dengan sepenuh hati. Seperti hadits yang diriwayatkan HR Muslim "Kalian adalah pemimpin, dan akan diminta bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang penguasa adalah pemimpin, dan akan diminta bertanggung jawab atas rakyat yang dipimpinnya," Kata Habib Riyadh. Senin (25/07) malam kemarin.

[Habib Riyadh Aktivis senior kota Pasuruan]


Sementara, nilai-nilai luhur inilah yang mulai tercerabut dari dalam jiwa para pemimpin saat ini, sehingga dalam sosial kehidupan tidak harmonis dan serasi. Kekacauan politik, ketidak adilan akibat hukum, dan perilaku ekonomi, adalah dari politik para pemimpin pada umumnya. Pemimpin yang lahir dari iklim politik yang tidak sehat atau tidak kondusif. Sebuah transaksional adalah fakta yang tak bisa dipungkiri bahwa banyak pemimpin yang memperoleh prestasi dari hasil transaksi politik, bukan dari visi yang dimiliki, talenta yang mumpuni, atau jasa nyata yang dirasakan oleh rakyatnya.

Akibatnya, kepemimpinan hanya pemuas nafsu kekuasaan, dan menjadi alat untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau kepentingan kelompok tertentu melalui jalan kezaliman. Kepemimpinan lebih terlihat sebagai asesoris kekuasaan yang harus ada dalam suatu negara atau pun daerah, selain mengalirkan ide positif dan gagasan konstruktif. Oleh karena itu, terang Riyadh, pemimpin seperti ini cenderung membangun citra positif agar terus mendapat kepercayaan masyarakatnya, meningkatkan etos kerja membangun suatu daerah. Yang lebih miris lagi, tidak sedikit pemimpin yang terbelenggu dengan transaksi politiknya sendiri. Utang budi politik semacam inilah yang menjadi pangkal merebaknya fenomena korupsi.

Perhatian pemimpin tak lagi fokus pada rakyat, tapi para kroni politiknya. Yang diperjuangkan bukan lagi kepentingan masyarakat, tapi kepentingan diri dan kelompoknya. Pada titik inilah, akhlak, etika dan moralitas politik hanya menjadi slogan yang sering diucapkan, tanpa dipraktikkan.

"Tidak sedikit pemimpin yang terbelenggu dengan transaksi politiknya sendiri. Utang budi politik semacam inilah yang menjadi pangkal merebaknya fenomena korupsi." Ungkapnya

Terpisah, Ali Aktivis senior bersependapat dan menilai bahwa seorang pemimpin tidaklah cukup hanya dengan mengandalkan power kepemimpinannya atau komunikasi yang hanya mengandalkan kecanggihan technologi tanpa tindakan turun dan terjun langsung. Setidaknya ada perhatian dan sentuhan secara langsung kepada rakyat, sehingga tidak menimbulkan kerenggangan komunikasi antara bawahan dan rakyat yang dipimpinnya.

"Tak cukup bagi seorang pemimpin tanpa turun dan menyentuh secara langsung. Untuk itu seorang pemimpin harus dapat lebih mengenal rakyatnya. Rakyat butuh perhatian secara langsung agar tetap terjalin komunikasi dan keharmonisan pemimpin dan rakyat. Setidaknya pemimpin dapat mengetahui langsung apa yang diharapkan bawahan dan apa yang diinginkan rakyat kepada pemimpinnya, jangan sampai ada istilah kesan pencitraan seorang pemimpin yang tak sesuai dengan realita terhadap bawahan dan rakyat yang di pimpinnya dikemudian hari." Terang M. Ali Kaconk kepada wartawan jurnaljawapes.com, selasa (26/07/2022) pagi.

Editor        : Hasan

Jurnalis    : Rachmat
Baca Juga

View

Posting Komentar

0 Komentar

Pujo Asmoro

Pimprus Media Jurnal Jawapes. WA: 082234252450

Countact Pengaduan