Jangan Bangga dengan Predikat, Jika Tak Sejalan dengan Perilaku

[ Foto : Kemewahan di tangan tak berarti apa-apa jika hati penuh kepalsuan.]
Jurnaljawapes.com - Di tengah gemerlap dunia yang serba menilai dari penampilan dan pujian manusia, mudah sekali seseorang merasa cukup hanya dengan gelar, jabatan, atau predikat baik yang disematkan kepadanya. Kita hidup dalam zaman di mana pencitraan sering kali lebih dihargai ketimbang kenyataan. Namun di balik itu semua, ada pertanyaan penting yang harus kita renungkan: Apakah yang dilihat manusia, sama dengan yang kita lakukan saat tak ada yang menonton?

Ada yang disebut “manusia mulia” di mata masyarakat, namun bersikap keji saat di belakang layar. Ada yang dielu-elukan sebagai “tokoh teladan”, namun hatinya penuh siasat dan tipu daya. Ia mungkin disebut "dermawan", padahal membantu hanya demi citra. Ia mungkin dipuji "berintegritas", padahal diam-diam menghancurkan kepercayaan yang di berikan kepadanya.

Menjadi orang baik bukan tentang seberapa banyak orang memanggilmu “baik”, tetapi seberapa banyak kebaikan yang kau lakukan saat tak ada yang memberi tepuk tangan. Dunia bisa saja mengangkatmu tinggi karena kata-kata manis dan tampilan luar, tapi Tuhan dan hatimu sendiri menilai dari niat dan laku.

Mereka yang benar-benar mulia tidak mengejar pujian. Mereka bekerja diam-diam, membetulkan yang rusak, menegur yang salah, dan tetap teguh walau tidak disorot. Mereka tidak perlu tampil sempurna, karena mereka sibuk memperbaiki diri. Mereka tidak haus pengakuan, karena bagi mereka, ketenangan hati jauh lebih berharga dari sanjungan dunia.

Bila predikat yang diberikan manusia jauh dari apa yang benar-benar kita lakukan, itu bukan kebanggaan itu beban. Dan lambat laun, wajah palsu itu akan runtuh. Maka sebelum dunia membongkar, lebih baik kita membenahi. Sebelum orang tahu siapa kita sebenarnya, mari kita jujur dulu pada diri sendiri.

Tidak apa-apa tidak disebut “hebat”. Tidak apa-apa tidak disebut “paling peduli”. Yang penting, kita tidak sedang membohongi nurani. Karena saat kelak semua topeng ditanggalkan, hanya amal dan kejujuran yang bisa kita bawa pulang.

Kunci Menjadi Orang Baik

- Niat dan Perilaku : Tuhan dan hati kita sendiri menilai dari niat dan perilaku kita, bukan dari penampilan luar atau pujian orang lain.

- Ketenangan Hati : Mereka yang benar-benar mulia tidak mengejar pujian, tapi bekerja diam-diam untuk kebaikan dan ketenangan hati.

- Kejujuran : Jangan membohongi nurani sendiri. Yang penting adalah amal dan kejujuran yang kita lakukan, bukan predikat yang diberikan manusia.

Sikap yang Perlu Diteladani

- Berani Membela Kebenaran : Seperti yang disampaikan dalam artikel Harian Madrasah, berani membela kebenaran adalah kunci kemenangan dalam keimanan. Jangan takut menghadapi risiko demi kebenaran.

Jangan bangga dengan predikat yang diberikan manusia. Lebih baik takut, jika itu tidak sesuai dengan kenyataan.

( REDAKSI )

Baca Juga

View

Posting Komentar

0 Komentar

Pujo Asmoro

Pimprus Media Jurnal Jawapes. WA: 082234252450

Countact Pengaduan