Jejak Suku Danu di Lumbang Pasuruan Antara Fakta Sosial dan Misteri Budaya

[Foto : Rahmad Tjahyono Perwakilan Laskar Merah Putih Indonesia]
Pasuruan | Jurnaljawapes.com – Keberadaan Suku Danu di wilayah Lumbang, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, belakangan ini kembali menjadi sorotan. Suku yang selama ini hidup dalam bayang-bayang misteri itu disebut memiliki kontribusi sosial signifikan terhadap masyarakat sekitar, terutama dalam urusan pengelolaan sumber daya air dan pertanian tradisional.

Meski belum banyak dikenal publik, Suku Danu disebut memiliki jiwa sosial tinggi. Mereka kerap terlibat dalam tugas-tugas ulu-ulu, yakni pengaturan dan pembagian air untuk lahan pertanian, yang menjadi denyut nadi kehidupan desa. Tak hanya itu, mereka dikenal menjalin interaksi unik dengan masyarakat melalui sistem barter tanpa tatap muka warga setempat meletakkan makanan di titik tertentu, dan keesokan harinya, tempat itu telah digantikan dengan buah-buahan segar oleh Suku Danu.

Keunikan ini menggambarkan kecerdasan sosial dan adaptasi budaya Suku Danu yang luar biasa, meski mereka dikenal bertubuh mungil rata-rata hanya sekitar satu meter dan memiliki ciri wajah yang tidak lazim bagi masyarakat lokal. Beberapa warga bahkan menyebut penampilan mereka mirip “kerah” atau kera, serta menyebut kemampuan fisik mereka sangat luar biasa, terutama dalam hal kecepatan berlari yang nyaris “secepat kilat”.

Namun, tak semua reaksi terhadap keberadaan Suku Danu bernuansa kekaguman. Beberapa masyarakat mengaku pernah mengalami ketakutan, histeria, hingga trauma setelah berpapasan langsung dengan mereka. Hal ini memunculkan spekulasi akan unsur mistis atau legenda yang menyelimuti keberadaan mereka.

Rahmad Tjahyono, perwakilan Laskar Merah Putih Indonesia (LMPI) Jawa Timur, menyampaikan harapannya agar Suku Danu dapat diakui sebagai suku asli Indonesia, khususnya di kawasan Jawa Timur. "Jika keberadaan mereka memang terbentang dari Lumbang, Pasuruan hingga ke kawasan Pegunungan Tengger, Bromo, dan bahkan Gunung Semeru, ini bisa menjadi dasar kuat bagi pengakuan formal," ujarnya.Kamis (17/07/2025)

Ia juga menyoroti kemungkinan adanya akulturasi antara Suku Danu dan Suku Tengger baik melalui perkawinan maupun pertukaran budaya yang bisa menjadi objek kajian antropologi yang sangat menarik.

Pengakuan resmi terhadap Suku Danu sebagai suku asli diyakini dapat membuka jalan bagi pelestarian budaya mereka, sekaligus memberi akses terhadap hak-hak khusus dalam pengelolaan sumber daya alam yang selama ini telah mereka jaga secara tradisional.

Cerita tentang Suku Danu memang berada di persimpangan antara realitas sosial dan mitos lokal. Namun, keberadaan mereka yang tetap lestari di tengah modernitas menjadi pengingat bahwa kekayaan budaya Indonesia belum sepenuhnya tergali. Mungkin, dalam sunyi hutan Lumbang dan di antara embun pegunungan, masih banyak kisah yang menanti untuk diceritakan.

(Hamim)

Baca Juga

View

Posting Komentar

0 Komentar

Pujo Asmoro

Pimprus Media Jurnal Jawapes. WA: 082234252450

Countact Pengaduan