 |
| [Foto : Arakan Gunungan Sedekah Bumi Desa Metatu] |
Puncak acara ditandai dengan arak-arakan Gunungan Hasil Bumi, yang tersusun indah dari berbagai sayur-mayur, buah, dan umbi-umbian. Gunungan itu menjadi simbol rasa syukur masyarakat Desa Metatu atas keberkahan alam dan hasil pertanian yang melimpah.
Tak hanya ritual, gelaran budaya ini juga menampilkan berbagai atraksi kesenian tradisional serta parade busana adat yang memukau. Para ibu-ibu PKK tampil anggun dalam balutan kebaya khas Jawa, mengenakan selempang merah berhias motif bunga, menjadi simbol keteguhan perempuan dalam menjaga nilai-nilai budaya dan sosial.
Kepala Desa Metatu, Diana Efiana, menyampaikan bahwa sedekah bumi bukan sekadar tradisi, namun sebuah refleksi spiritual dan sosial yang mengikat persaudaraan antarwarga.
“Sedekah bumi adalah napas budaya kita. Ini bukan hanya soal ritual, tapi tentang menghormati bumi, menghargai hasil tani, dan mempererat gotong royong. Saya bangga, semangat warga begitu luar biasa. Ini bukti bahwa Desa Metatu tidak hanya maju secara infrastruktur, tapi juga tangguh secara budaya,” ujar Diana dalam sambutannya.
Acara ini juga memperlihatkan soliditas lintas sektor. Unsur TNI-Polri, perangkat desa, dan tokoh masyarakat tampil menyatu dalam satu barisan yang harmonis, menjadi teladan dalam menjaga budaya sekaligus stabilitas wilayah.
Tradisi sedekah bumi di Metatu bukan sekadar simbolik. Usai arak-arakan, gunungan hasil bumi dibagi secara merata kepada warga, sebagai lambang keadilan sosial dan keberkahan yang harus dibagi. Inilah wajah budaya Jawa yang tetap hidup, meski zaman terus berganti.
(Dwi)
View
Redaksi Media jurnal Jawapes Surabaya. 
0 Komentar