![]() |
| [Foto : Gus Kholil alias Tabib Gendeng Sobo langit Tengah sebelah kiri Gus Nardi] |
Pernyataan Gus Kholil "saat didampingi Gus Nardi Pemerhati Budaya Nusantara, Gus Kholil alias Tabib Gendeng Sobo langit berpesan jangan tinggalkan kapitayan" merujuk pada pentingnya menjaga dan melestarikan Kapitayan sebagai bagian dari warisan leluhur dan akar spiritualitas asli Nusantara, khususnya budaya Jawa.
Berikut adalah beberapa alasan di balik seruan tersebut, berdasarkan prinsip-prinsip ajaran Kapitayan:
Jati Diri Bangsa: Kapitayan dianggap sebagai kepercayaan asli yang telah ada sejak zaman kuno, jauh sebelum masuknya agama-agama besar dari luar. Mempertahankannya berarti menjaga jati diri dan identitas budaya lokal.
Ajaran Monoteisme Lokal: Kapitayan adalah agama rakyat monoteistik yang memuja satu Tuhan tertinggi yang disebut Sang Hyang Taya, yang berarti "Kosong" atau "Hampa" dan tidak dapat digambarkan atau dipikirkan oleh indra manusia. Ini menunjukkan adanya konsep ketuhanan yang unik dan asli dari Nusantara.
Keselarasan dengan Alam: Ajaran Kapitayan menekankan pentingnya keselarasan diri dengan alam, yang merupakan prinsip hidup yang relevan dan bijak dalam konteks lingkungan saat ini.
Nilai Humanisme: Beberapa sumber menyebutkan Kapitayan sebagai pelopor ajaran humanisme di Nusantara, menekankan nilai-nilai kemanusiaan dalam ajarannya.
Praktik Spiritual: Kapitayan memiliki ritual dan praktik spiritual yang khas, seperti sembahyang (dengan gerakan tulajek, tungkul, tondem, dan tulungkup) dan puasa (upawasa atau poso dino pitu), yang semuanya merupakan warisan budaya yang kaya.
Seruan ini sering muncul dalam konteks diskusi mengenai pelestarian budaya dan spiritualitas lokal di tengah arus modernisasi dan pengaruh global. Tujuannya adalah untuk mengingatkan masyarakat akan pentingnya menghargai dan tidak melupakan akar sejarah dan kepercayaan nenek moyang mereka.pungkas Gus Kholil
(Hamim)
View


1 Komentar
Jurnaljawapes.com keren
BalasHapusHi Please, Do not Spam in Comments