![]() |
[Foto : Bu Tatik Salah satu pedagang Dawet Di Pasar Blauran] |
Pasar Blauran, yang dikenal sebagai pusat jajanan dan kuliner rakyat sejak era kolonial, memang menyimpan berbagai harta karun kuliner khas Jawa Timur. Namun, ada satu lapak sederhana yang selalu ramai diserbu pembeli: penjual dawet yang setia menjaga resep turun-temurun dari masa ke masa.
Dawet yang dijual di pasar ini bukan sembarang dawet. Perpaduan cendol hijau yang kenyal dari tepung beras, santan segar yang gurih, serta gula merah cair asli dari Blitar atau Tulungagung menciptakan harmoni rasa yang lembut dan menyegarkan. Tak heran jika pembeli datang dari berbagai penjuru, bahkan dari luar kota, demi menikmati sensasi rasa yang tak tergantikan.
"Ini bukan cuma soal minuman dingin, tapi soal kenangan," ujar Bu Tatik, Rabu (16/07/2025) salah satu penjual dawet senior di Blauran yang sudah berjualan sejak tahun 1990-an. Ia mengaku, setiap hari bisa menghabiskan lebih dari 200 gelas dawet, apalagi saat siang terik atau bulan puasa.
Tidak hanya digemari oleh warga lokal, dawet Pasar Blauran juga menarik perhatian wisatawan domestik dan mancanegara. Banyak food vlogger dan konten kreator yang merekam kelezatan dawet ini dan menyebarkannya melalui media sosial, membuat eksistensinya semakin kuat di tengah gempuran minuman modern.
Lebih dari sekedar kuliner, dawet di Pasar Blauran adalah simbol keteguhan budaya dan kehangatan tradisi. Di tengah gempuran era digital dan budaya instan, kehadirannya menjadi pengingat bahwa kesederhanaan dan keaslian rasa tetap memiliki tempat di hati masyarakat.
Jika Anda berkunjung ke Surabaya, luangkan waktu ke Pasar Blauran dan rasakan sendiri dawet legendaris yang telah melewati zaman namun tetap abadi di lidah.
(ul)
View
0 Komentar
Hi Please, Do not Spam in Comments