![]() |
[Foto : Rizal Diansyah Sebelah Kanan, Bersama Sugeng Nugroho] |
Dalam percakapan yang dikonfirmasi tim jurnaljawapes.com kepada Rizal Diansyah, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Jawapes,Kamis (03/07/2025) malam, sejumlah pertanyaan fundamental dan krusial dilontarkan, termasuk soal risiko penghilangan jejak pendiri yang berpotensi menghilangkan akar sejarah organisasi.
Menanggapi hal itu, Rizal secara terbuka menantang pihak-pihak yang keberatan untuk menempuh jalur hukum.
“Silakan pengurus lama mengajukan gugatan jika masih merasa keberatan dengan pergantian pengurus berdasarkan AD/ART. RT saja kalau masa jabatannya habis ya nggak bisa tetap ngaku RT. Kenapa nggak hadir ikut pemilihan? Kenapa tidak memanfaatkan masa sanggah? Dan kenapa diam saja hingga saat ini tidak mau gugat?” ujar Rizal.
Ketika ditanya lebih jauh apakah pemilihan Ketua Umum yang baru perlu sampai menganulir posisi dewan pendiri lain yang sejajar dengannya, Rizal balik bertanya:
“Brutal seperti apa? Mohon diperjelas tuduhan ini.”
Dalam nada yang terkesan sinis, Rizal pun menyebut dirinya “orang bodoh” dan meminta pihak media memberi petunjuk soal aturan organisasi.
“Maaf, saya orang bodoh. Jenengan lebih paham aturan organisasi, jadi mohon petunjuk aturannya seperti apa. Siapa yang dimaksud dewan pendiri ini? Mohon diperjelas dan sebutkan namanya,” ucapnya.
Setelah pihak jurnaljawapes.com mengarahkan bahwa yang dimaksud adalah Junihari, Rizal justru menjawab singkat:
“Pean lebih paham, sebutkan saja, nggak usah malu-malu.”
Percakapan semakin memanas ketika Rizal akhirnya mengakui bahwa nama Junihari memang telah ditiadakan dari struktur pendiri per tahun 2025.
“Dari panggilan Anda, sepertinya nggak mau seduluran. Oke, nggak apa-apa. Makasih. Saya tunggu beritanya aja ya,” tutup Rizal dalam akhir komunikasi.
Langkah penghapusan nama Junihari dianggap banyak pihak sebagai bentuk pengingkaran terhadap sejarah dan nilai-nilai kekeluargaan yang selama ini menjadi identitas Jawapes. Junihari dikenal sebagai tokoh yang mendirikan organisasi ini dari nol, membangun jaringan, dan menjadi figur perekat antar daerah.
Penghilangan namanya dari daftar pendiri dinilai bukan hanya menyakitkan secara personal, tetapi juga mencederai azas keadilan dan kontinuitas organisasi.
“Sangat miris. Seorang Junihari, yang berjuang dari nol, justru dihilangkan secara sepihak. Ini bukan soal jabatan, tapi soal penghargaan atas sejarah,” ujar salah satu anggota senior Jawapes.
Dalam pernyataannya, Rizal berkali-kali menyebut bahwa seluruh proses pengangkatan dan penghapusan dalam struktur organisasi mengacu pada AD/ART. Namun, hingga kini, pihaknya belum menunjukkan secara terbuka dokumen resmi yang menyatakan bahwa pendiri dapat dihapus dari sejarah organisasi.
Langkah ini pun dinilai janggal oleh sejumlah pihak, mengingat dalam banyak organisasi berbasis masyarakat, posisi founding father atau pendiri bersifat tetap dan tidak bisa dianulir oleh pengurus mana pun.
Saat dihubungi secara terpisah, Junihari menyampaikan kekecewaannya atas sikap pengurus baru yang dinilai tidak mengindahkan nilai kekeluargaan yang selama ini dijunjung tinggi dalam Jawapes.
“Saya tidak merasa terundang, karena pengundang menjadi anak durhaka,” pungkas Junihari dengan nada lirih.
Sementara itu, tokoh kunci lainnya, Pujo Asmoro, mengaku sengaja tidak hadir dalam pemilihan kepengurusan berdasarkan instruksi Ketua Umum.
“Saya mengikuti instruksi Ketum untuk tidak menghadiri,” ungkap Pujo saat dihubungi melalui sambungan telepon.
(Hamim)
View
0 Komentar